Nature/hot-posts

Pasti Kumenemukanmu

Sekencang mungkin Bejo memacu sepedanya. Hampir ditiap tingkungan nyaris jatuh. Apalagi sepeda bututnya yang kadang rewel. Tapi, kali ini tidak ada yang melawan lagi. Semua dilewatinya! wus.. tinggal Pak Parto yang rada ngomel "Walau ya ope Jok! kok ngaburnya enggak karuan gitu!" maklum hampir aja Pak Parto kehilangan keseimbangannya.
"Maaf Pak! " teriak Bejo sambil tetap mengayuh sepedanya.
Tidak lama kemudian "Oi, Jok! mau kemana?" teriak temannya
"Stasion!" balas Bejo walau tidak sempat membalikkan kepalanya.
Hm, stasion?! gumam Yono. "Kenapa ya? kok, dia kestation!" tanya Yono kepada teman-temannya."Wah! dak tahu ya" balas seseorang
"Enggak biasanya ya? mau jemput orang kali!"
"Ah, pagi begini ya enggak ada sepur yang masuk ah!"
"Berarti Bejo mau kemana?"
"La iya ya,.. mau kemana. Mosok dia mau pergi enggak bawa bekal"
".... aneh!"
Tapi tiba-tiba Bowo langsung "Mungkin si Pety yang mau pergi!"
"Kenapa Pety? apa hubungannya?"
"Iya Yo! Pety kan mau pergi hari ini. Katanya sih orang tuanya mau kirim dia ke Jogya. Persis hari ini!"
"Iya jadi kenapa si Pety! ama si Bejo"
"Apa emang jadian mereka ya?!"
"yok yok ke station yok!"
akhirnya semua orang yang mengumpul tadi berangkat ke station kereta.

Sementara ditempat lain. "Mbok! kami cuma pergi 2 hari saja. Tulung rumah dijagain. Bilangin sama Kusno, rumput dihalaman depan sudah harus dipotong.. ya! Oh iya kalau Pak Maryo datang kasih aja kunci mobilnya. Heran! benerin mobil kok enggak pernah pas. Ya! pergi dulu ya mbok!"
"Cepet to Ma! enggak enak sama Pardi yang nungguin. Kita kan boleh pinjem mobil itu"
"iya,. iya! aku kan pake kebaya! inikan sudah cepet"
"Mana mas Bejo. Kok enggak ada!" gumam Pety.
"Yo ndok! kok sedih gitu toh!" tanya bapak
"Enge,. enggak to pak" jawan Pety
Sepanjang perjalanan Pety tampak murung. Dan selalu menyesali kenapa harus percaya sama Bejo. Memang sih Bejo tidak pernah mangkir dari janjinya.Tapi, kok saat seperti ini dia kok enggak nongol.Aku tahu Bejo pasti takut sama bapakku apalagi mamaku. Melebihi menir yang galak! Tak terasa air matanya jatuh. Dia hanya diam. Pandangan kosong. Saat ini sangatlah diharapkan kedatangan Bejo. Pacarnya yang baru 3 bulan ini jadian.
"Mas Bejo! aku benci!" gerutunya dalam hati.
"Lho! kok nangis nak! Kenapa?!" tanya mama
"Eh,.." sambil menepis air matanya "Enggak kok Pety enggak nangis"

Sementara Bejo...Wus!!!!!!!
"Jok! ala ngebut kok enggak kira-kira. Napa sampean?!" kata pak Moko. Pak Moko temannya bapak waktu di Malang. Sama-sama dipasukan runcing merah putih. Sekarang kerja di station ini.
"Eh Pak! maaf pak ada yang diuber pak!"
"Untung enggak ada patrol belanda! nanti dikira apa lagi!"
"maaf pak!"
"ya sudah! badanmu basah kabe!"
"eh,..iya" bukan saja basah, malah kayak mandi. Bejo memperhatikan jam besar di muka station.

Tak berapa lama kemudian, sebuah mobil menepi. Bejo langsung bereaksi. Tidak ada mobil lagi Holden yang lain kecuali milik gurbernuran disini. "Ini pasti mobil Pety" gumam Bejo.Langsung Bejo menghindar dan sembunyi dibalik tembok.
Ketika turun dari mobil, mata Pety berusaha mencari Bejo. Masih dia tak percaya kalau Bejo hilang begitu saja. Tanpa ada kata-kata. Memang iya kalau Bejo sudah diberitahu seminggu yang lalu. Tapi dia tidak ada reaksi apa-apa. Padahal aku yakin sekali orang tuaku ingin memisahkan kami. Maklum Bejo kan adalah keponakan Mbok Parti. Pembantu dirumah.
"Mas Bejo kok tega..." suara lirih Pety terucap lemah
"Kamu ngomong sama bapak?"
"enggak pak!" balas Pety dengan kaget!

"Son, angkutin ini ke peron 3. Cepet ya!.."
"Yok nak! kok kayak orang bingung gitu" kata mamanya
"..." sambil mengikuti tangannya yang ditarik oleh mamanya.

Bejo dari tadi hanya memandang dari jauh. Dadanya berdegup kencang. Saat matanya menangkap wajah Pety dari kejauhan.
"Aduh Pet!... aku bingung!" gumam Bejo. Sepertinya dia hanya bisa menonton adegan-adegan yang berlalu. "Aku ini apa!!!!!" sesal Bejo.
"Kok aku enggak bisa apa-apa! Kok aku jadi bego gini!!!!" sambil mengelus cincinnya."Mbok! aku bingung! Mbok aku bingung!!!! Mbok bener! aku ini bukan siapa-siapa! aku ini miskin. Aku ini memang enggak pantes sama dia......" lirih Bejo menahan sesak dada. Dan matanya berkaca-kaca
Tiba-tiba.., terasa pundaknya disentuh. Lalu dia cepat memalingkan muka. Seorang tua telah berada disampingnya. "Ya mbah!" kata Bejo
"Lek! Cincin itu kasi ken aja sama dia"
"Yang mana Mbah?!" Bejo menunduk mencari cincin yang dimaksud. tapi dia tidak menemukan cincin itu. Hanya satu cincin saja yang ada di jarinya. "Yang ini mbah!" sambil mengangkat kepalanya. Mbah itu sudah tidak ada lagi.
Yang ada beberapa teman-temannya. "Kamu cari siapa Jo!" kata Parto
"Lho! apa enggak ngeliat ada mbah didepan aku tadi?" tanya Bejo
"Enggak ada! kamu lagi nunduk kami sudah disini!"
"Jo! Emang Pety mau pergi!?"
"Iya Ron!"
"Terus ngapain kamu disini. Kok enggak nganterin dia?!"
"Aku takut Yo!"
"Wes! cepetan tu! sebentar lagi dia berangkat Jo!"
"Enggak ah!"
"Jo, jangan ngesel! nanti malah enggak bisa tidur! Ayo to!" bujuk Bowo. Dan teman-temannya mendorong tubuh Bejo.
"Ya ya! sek to!" kata Bejo
"Ya ini yang bener! cepetan!"
"itu di peron 3! cepet " kata mereka dengan semangat
"iya itu tu! " imbuh mereka. Sambil menunjuknya
"Tuhan! bantu aku..." lirih Bejo
wus!.. Bejo kabur seketika. Tangannya mengetuk jendela. Dan tersentak Pety menatapnya. "Mas!" kata Pety. Reaksi Pety dengan cepatnya dia turun menemui pujaan hatinya. Tanpa menghiraukan kedua orang tuanya. Betapa riangnya hati Pety.
"Lho kok turun!" kata mamanya.
"Sebentar Ma!" jawab Pety singkat
"Ini mesti Bejo nih" balas bapak
"Mana?" tanya mama
"Itu dibawah!" jawab bapak
"Duh! cepet to pak ajak Pety naik lagi"
"iya ya" bapak meninggalkan kursinya.

"Mas!" kata Pety saat mendekati Bejo. Mereka bertatapan sebentar. Kedua mata meraka berkaca-kaca.
"Pety, aku ingin kamu nyimpenin ini" sambil melepaskan cincin dari jemarinya
Tepat saat tangan Pety hendak menerimanya dan Jari Bejo hendak melepaskan cincin itu. Tangan Pety ditarik oleh bapaknya. Dan cincin itu tidak sempat diraih Pety. Jatuhlah cincin itu.Tik.... tik.... tik beberapa kali bunyi nyaring melenting cincin.
Muka Bejo kaget setenagah mati. Dia tidak mengira bapaknya memperlakukan Pety sebegitunya. Dan cincin yang jatuh, berusaha dia tangkap oleh matanya. Takut sekali cincin itu hilang. Maklumlah, cincin dari bapaknya.Katanya ada isinya. Tak dia tak pernah membuktikannya. Apalagi menggunakannya. Bapaknya juga dari kakekku. Dan bapak tidak pernah tahu bagaimana cara menggunakananya. Walau begitu, dia begitu suka menggunakannya. Terasa hilang bila tidak memakainya.
"Oh Cincinku...." lirih Bejo

Saat itu juga kerata hendak bergerak, baru tiga putaran roda. Kereta itu terhenti. Sepertinya ada sesuatu masalah. Tapi Bejo tidak menghiraukannya. Dia masih sibuk mencari cincin itu.
"Jo! cari apa?" kata Pak Moko
"Anu pak!"
"Ya opo"
"Cincin"
"cincin sapa"
"cincin aku!" kata Bejo
"Lho kok bisa! jangan sampe ilang to"
"Emang napa pak"
"Itu cincin bukan sembarang cincin"
"maksudnya"
"cari aja dulu" kata pak Moko

Beberapa menit kemudian Pety telah berada didepannya.
"Mas Bejo! mana cincinnya.."
"Eh,.. tapi orang tuamu"
"aku tadi ngomong ke mereka kalau aku mau ke WC. Habis keretanya belum jalan dari tadi!"
"Lho bukannya tadi.."
"Iya, tapi enggak tahu kenapa berhenti"

"Jo! ini cincinnya" kata pak Moko
"lho! makasih pak" waktu cincin hendak diambilnya. Tangan Bejo ditangkap oleh pak Moko. "Sini sek!.." mereka menjauhi Pety
"Jadi cincin ini..." kata Pak Moko
"iya aku mau ngasi ini ke Pety"
"kamu yakin?"
"Iya aku yakin. Memang kenapa Pak?!"
"Inikan cincin warisan dari bapakmu!"
"iya aku tahu! tapi Pety segalanya buat aku pak!"
"Ini cincin..."
"kenapa pak?"
"apa yang kamu pinta kamu enggak bisa balikin lagi!"
"maksudnya pak"
"kalau kamu mengelus...."
Tapi tiba-tiba "Mas Bejo! cepetan!"
"iya iya sebentar..." cincin itu diraih Bejo dari tangan Pak Moko. Pak Moko membuntutinya.
"Pety! semoga perjalananmu lancar! kumohon kamu kembali lagi untukku dan semoga orang tuamu tidak menghalangi apa yang kita mau" Kata Bejo sambil mengelus cincin itu sebelum menyerahkannya.
"Pasti Mas! tunggu aku juga mas!"

"Pet! udah yok!" kata bapaknya dengan senyum.
Dan keratapun mulai bergerak. Dari jendela,..kedua orang tuanya dan Pety melambaikan tangannya.

"Pak Moko! mereka mendadai kita" terheran-heran wajah Bejo. Hampir tak dapat dipercaya. Kok meraka jadi berubah!
"Pak!kok.... kok mereka berubah pak!"
"Ya syukurlah" Pak Moko meninggalkan Bejo. Sementara Bejo masih bingung dan masih melambaikan tangannya. Dalam hatinya.."Ya Gusti! apa yang telah Kau lakukan..."

"woi! udah oi!..." teriak Bowo dan temen-temannya dari jauh
"Jo, kok mereka enggak galak sih" tanya mereka
"enggak tahu juga.." kata Bejo dengan singkat.





4 Comments:

agle2207 said...

Très joli blog, bravo


http://aigle2207.skynetblogs.be/

Anonymous said...

http://alain-julien.benitez.over-blog.com
Bonjour de France

FP said...

Alain Julien Benitez
Hi welcome to my site

FP said...

agle2207
your site is cute