Nature/hot-posts

Permata haruslah ditempatnya

Sudah beberapa hari anak kecil itu mampir di toko buku, toko buku bekas. Tapi tidak pernah beli. Cuma baca saja. Dan pulang. Rupanya yang punya toko memperhatikannya. Jam 2 teng, pasti dia datang! Dan tepat jam 2, benar! anak kecil itu datang.
Apa-apa yang dibacanya, dicatat oleh siempu toko. Setiap hari buku-buku yang dibaca selalu berbeda. Tapi kebanyakan buku pelajaran sekolah.
Seminggu kemudian, siempunya toko mendekati anak itu.
"Siapa namamu?!"
"Melita" sambil meletakkan buku yang dibacanya dan berusaha meninggalkan toko itu. Dia ketakutan! "Eh, mau kemana?"
"Bapak marah ya? kalau saya,..."
"Enggak, saya tidak marah. Cuma mau tahu saja siapa nama kamu"
"Maaf pak! saya tidak pernah beli bukunya"
"Oh, tidak apa-apa"
"Permisi!" sambil menundukkan kepalanya meninggalkan bapak itu.
"Mau kemana?"
"Mau pulang"
"lho, kok cepat sekali. Biasanya jam 3 pulangnya"
Kaki Melita terhenti. "Ngeeee!"
"ini bukunya, duduk saja disitu!"
"Eeee!"
"Yuk!" tangan anak itu diraihnya. Mengantarnya ke tempat duduk.
"Makasih pak!" Melita tersenyum.
Hanya beberapa menit, Melita pamit. Dia merasa was-was atas kebaikan bapak itu. Aku kan tidak mengenalnya?! gumannya.
"Pak, makasih ya. Melita pulang!"
"Sebentar!" bapak itu menunduk kebelakang lemari. Dia mengambil beberapa buku yang telah terikat. "Ini bukumu, buku-buku yang pernah kamu baca. Bapak yakin kamu memerlukannya"
"Tapi pak!" muka Melita sedikit terkejut.
"SUdahlah, bapak yakin. Kamu memerlukan ini semua. Dan, bapak yakin. Bila buku ini ditanganmu, hasilnya jauh lebih baik dari pada ditempat ini"
"Pak! saya tidak..."
"Ayolah, ini kamu ambil. Jangan ngomong lagi! Ambil ini! bawa pulang. Dan kamu boleh datang lagi. Dan baca apa saja yang kamu mau. Atau, tidak membawa buku ini dan jangan datang lagi!"
"Pak! jangan begitu.... Aku sering disindir ditempat lain. Cuma disini saya merasa tenang membaca buku. Ya, pak! saya ambil bukunya. Terima kasih pak!" Melita tidak bisa menyembunyikan bahagianya. Airmatanya berusaha ditahan. Berkaca-kaca matanya.
"Bapak cuma pengen kamu jadi pintar. Bapak yakin, kamu orang yang cerdas"

Besoknya, "Kemana Melita? kok tidak nongol?" sambil melirik jam tangannya. Sudah jam 2 lebih. Dan begitu juga besoknya dan beberapa hari berlalu. Melita tidak pernah mampir lagi ke toko buku itu.

Hampir satu bulan lebih. Tiba-tiba dipagi hari, hari yang tidak biasanya Melita datang ke toko itu.
"Pak, selamat pagi"
Alangkah kagetnya "Eh, Melita?!"
"Iya Pak! Lupa ya?!"
"Enggak, tiap hari bapak tungguin. Tapi kok tidak pernah datang"
"Maaf,....itu karena Melita Ujian!"
"Oh Ujian"
"iya pak! ini raporku. Aku ranking 1"
"Alhamdulillah!"
"Selama ini Melita cuma ranking 15, baru kali ini Melita ranking pertama"
"Bagus! kamu harus tetap juara ya!"
"Makasih bukunya pak!"
"Ya,.. ya... kamu harus rajin!"

-----------
Permata tidak selamanya berguna untuk orang yang tidak tahu apa gunanya. Mungkin hanya sebagai hiasan saja. Dan seperti kecerdasan itu sendiri,...
"Saya lebih suka memberitahukan sesuatu yang sederhana. Dan keberhasilannya percayakan saja orang tersebut. Agar dia lebih menguasai kecerdasannya sendiri. Dan yakinkan dia akan bisa!"

0 Comments: