Nature/hot-posts

Sebuah Surat Yang Tak Berbalas


Tidak semua orang bisa ingat sesuatu dengan mudah. Apalagi setelah 30 tahun yang lalu. Hanyalah sesuatu yang membekas dan hampir terlupakan. Dan kembali dikenang dan tidak sesempurna apa yang diingat. Kadang saling bantu mengingat-ingatnya kembali.


Aku tidak pernah sedekat itu duduk dengannya. Walau kupaksa, seperti tak akan bertemu lagi. Itulah yang kulakukan saat reuni itu. Untuk berselfi


Mengingat surat itu? dan aku juga memulai mengingatnya kala teman mengatakan bahwa ialah yang mengantar surat itu. Dan tidak disangka. dia telah membacanya.


Astaga,... cuma gelak tawalah yang membanjiri kata-kata dan cerita yang diulang lagi.


Dan aku juga lupa, kalau aku pernah memarahinya. "Maafkan aku..." dan ia hampir sempat menangis. Dan tak ayal mungkin dia telah membenciku saat itu. Ya, itulah ceritanya.


Aku bukan hanya mau menjadi "Boy". Tapi,... sekarang aku bisa mengurainya, Kenapa? Aku memang risau hati. Ya, kutunaikanlah perasaan itu. Bukan cari gengsi sebagai "Boy". Tahu sendiri dikelas itu kan memang tak ada yang punya hubungan khusus begitu.


Katanya, ada beberapa card juga dari aku. Yang di simpannya.


Hahaha,...... bisa ya?!


** Aku sudah lama tidak menulis disini. Dan menulis mana lagi pun.


Aku terhenti karena sesuatu. Jadi hanya sekedar mengagumi dengan perasan yang tersembunyi. Tidak pernah hilang apa yang dirasa. Walau dari jauh menatapnya. Dan seperti terakhir pertama bertemu. Dengan lembut perasaan itu menyapa. Namun peranan yang tersembunyi itu seperti mengintip dan mengetuk. "Diakah itu..." pada sebuah malam dan di sebuah kota yang sama. Menggoreskan kata-kata melepaskan apa yang dirasa.



0 Comments: