Alhamdulillah, aku sahur juga hari ini. Kemarin aku tidak sahur. Walau begitu alhamdulillah puasa juga kelar. Cuma pas waktu sore, chatting dengannya ngobrol soal makanan. "Suka coklat atau keju?!" tanyanya. Kujawablah "Keju". Heheheh, tambah lapar jadinya. (ah, canda aja kok! ) Aku habis sahur, makan di warung dekat rumah. Lumayan sih kalau jalan kaki. Untung ada motor. Kan, bisa ngebut mengejar waktu. Lumayanlah, dengan menu bervariasi. Maklum warung ini atau rumah makan kaliya? kalau rumah makan tidak seperti rumah makan. Sebenarnya seperti rumah biasa. Hanya cendrung melayani katering dan jaul lauk pauk saja. Lama kelamaan jadi tempat makan juga. Salut dech sama yang punya. Sudah jadi tradisi, selama ramadhan warung ini buka untuk sahur. Self services!
Bensin motorku sudah minim. Sebelum pulang, aku cari bensinlah. Kupikir SPBU disana buka. Rupanya tidak 24jam buka, tutup. Alhasilnya, antara deg degkan dorong plus dinginnya sepanjang perjalanan. Sudah lama tidak seperti ini. Jadi ingat masalalu di Jambi. Kupacu motorku, maksudku biar supply bensinnya rendah. Dan tentunya semakin dingin jadinya.
Dulu waktu diJambi, waktu masih dimess. Habis sahur, keliling dech cari mesjid untuk shalat subuh. Kadang di Sipin, di Kasang atau sampai ke Telanai Pura. Ganti-gantilah.
Paling sering aku sama dengan Mas Zul. Nah, akhirnya kusebut juga namanya. Tapi, aku tidak ingat persis nama lengkapnya. Kalau ada mobil, kami bisa rame-rame. Kadang dengan Wahyu juga. (beberapa tahun dulu aku pernah kontak melalui telepon dikantornya, tapi pernah kuhubungi lagi tapi dia tidak disitu lagi. kemana dia sekarang ya?!)
Kalau cerita subuh,.. aku ingat lagi waktu subuh diperjalanan menuju Bukit Tinggi. Bus yang aku tumpangi berhenti disebuah mesjid. Hari itu agak gerimis. Aku turun dari Bus untuk shalat Subuh. Ampun, airnya dingin sekali. Mengigil rasanya. Tapi karena semua menggunakan wudhu juga menggunakan air itu. Mau apalagi?! Brrrrrr
Aku jadi terharu, melihat orang-orang tempatan yang menuju ke mesjid. Memenuhi paggilan adzan Subuh. Ya Allah, beberapa dari mereka sudah tua dan menggunakan tongkat. Mereka tidak menghiraukan hawa dingin dan rintik hujan, apalagi airnya serasa seperti es. Mungkin saat itu juga masih banyak yang tidur menikmati rintik hujan dan hangatnya selimut ditempat tidur. Duh, mataku jadi sembab.
0 Comments:
Post a Comment